Selasa, 02 November 2010

Istighatsah Kepada Selain Allah (kasyfu subuhat bab 11)

كشف الشبهات
 لشيخ الإسلام محمد بن عبدالوهاب رحمه الله
Menyingkap Kebatilan Argumen Penentang Tauhid 
Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab


شبكة مشكاة الإسلامية




Dan orang-orang musyrik itu masih mempunyai syubhat lain. Yaitu apa yang pernah disebutkan oleh Nabi Shallallahu‘alaihi wasallam bahwasanya manusia nanti di hari kiamat akan baristighatsah (meminta pertolongan) kepada Nabi Adam ‘Alaihissalam, kemudian kepada Nabi Nuh ‘Alaihissalam, kemudian kepada Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, kemudian kepada Nabi Musa ‘Alaihissalam, kemudian kepada Nabi 'Isa ‘Alaihissalam, lalu semuanya tidak dapat melakukan sehingga akhirnya mereka sampai ke Rasulullah Shallallahu‘alaihi wasallam. Orang-orang musyrik itu mengatakan: “Hal itu menunjukkan, bahwasanya istighatsah kepada selain Allah itu tidak Syirik”.
Sebagai jawabannya, hendaklah kita katakan: Maha Suci Allah Yang Mengunci mati hati musuh-musuh-Nya. Sesungguhnya istighatsah kepada makhluk dalam hal yang dia mampu kami tidak memungkirinya, sebagaimana firman Allah tentang kisah Nabi Musa ‘Alaihissalam:
فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِي مِنْ شِيعَتِهِ عَلَى الَّذِي مِنْ عَدُوِّهِ
“Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya.” (Al Qashash:15).
Dan sebagaimana seseorang meminta pertolongan kepada teman-temannya dalam peperangan atau hal lain yang makhluk mampu mengerjakannya. Kami hanya mengingkari istightsah Al-ibadah (istightsah yang bersifat penyembahan) yang mereka lakukan di sisi kuburan-kuburan para wali atau istightsah kepada wali itu di saat para wali itu di tempat yang jauh, bukan di hadapannya, dalam hal-hal yang tidak ada seorangpun mampu atas hal itu kecuali Allah Subhanahu wata'ala.
Jika ini telah tegas, maka istightsah mereka kepada para Nabi di hari kiamat seraya menginginkan dari nabi-nabi itu untuk berdo’a kepada Allah agar segera melakukan hisab kepada manusia sehingga penduduk syurga dapat beristirahat terlepas dari susah dan payahnya keadaan waktu itu.
Hal ini memang boleh di dunia dan di akhirat. Yaitu, misalnya; anda datang kepada seorang yang shalih yang masih hidup, dia duduk mendampingi anda dan mendengarkan perkataan anda, anda mengatakan kepadanya: “Berdo’alah kepada Allah untukku”, sebagaimana dahulu para sahabat Rasulullah memohon hal itu kepada beliau Shallallahu‘alaihi wasallam di saat beliau hidup.
Sedangkan sesudah beliau wafat, sekali-kali tidak dan sekali-kali tidak, dan tidaklah para sahabat itu memohon hal itu di sisi kuburan beliau Shallallahu‘alaihi wasallam.
Bahkan, ulama’ salaf mengingkari orang yang bermaksud berdo’a kepada Allah di sisi kuburan beliau Shallallahu‘alaihi wasallam, lebih-lebih berdo’a memohon kepada diri beliau Shallallahu‘alaihi wasallam?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar