Selasa, 02 November 2010

Ancaman Kufur (kasyfu subuhat bab 9)



كشف الشبهات

 لشيخ الإسلام محمد بن عبدالوهاب رحمه الله
Menyingkap Kebatilan Argumen Penentang Tauhid 

Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab


شبكة مشكاة الإسلامية




Oleh karenanya renungkan syubhat berikut ini, ‎yaitu ucapan mereka: “Mengapa kalian mengkafirkan ‎orang-orang Islam yang mereka bersaksi, bahwa tidak ‎ada Tuhan selain Allah, mereka mengerjakan shalat ‎dan puasa?"
Kemudian renungkan jawaban syubhat ‎itu, karena jawaban ini adalah termasuk paling ‎bermanfaat di antara isi lebar-lembaran ini.‎
Dan termasuk dalil atas hal itu juga adalah apa ‎yang sudah Allah ceritakan tentang Bani Israil dengan ‎keislaman, keilmuan, dan keshalihan mereka, masih ‎saja mereka mengatakan kepada nabi musa ‘alaihi sallam:‎
اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ
“Buatlah untuk kami suatu tuhan (berhala) ‎sebagaimana mereka mempunyai tuhan- tuhan ‎‎(berhala).” (QS.Al A’raaf:138).‎
Dan ucapan beberapa sahabat:‎
اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ
‎“Buatlah untuk kami dzaatu anwaath (nama sebuah ‎Pohon).”‎
Mendengar ucapan itu Rasulullah Shalallahu‘alaihi wasallam lalu ‎bersumpah, bahwasanya ucapan itu serupa dengan ‎ucapan Bani Israil “buatlah untuk kami sebuah tuhan ‎‎(berhala).”‎
Tetapi, orang-orang musyrik mempunyai syubhat, ‎yang mereka pakai sebagai hujjah dalam kisah Bani ‎Israil itu. Syubhat itu adalah mereka mengatakan, ‎bahwa Bani Israil itu tidak kafir, begitu pula beberapa ‎sahabat yang telah mengatakan:
اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ
“Buatlah untuk kami ‎pohon Dzaatu Anwaath,” mereka pun tidak kafir.‎
Sebagai jawabannya, hendaklah anda katakan:
‎‎“Sesungguhnya Bani Israil tidak melakukan itu, ‎demikian pula orang-orang yang telah memohon ‎kepada Nabi Shalallahu‘alaihi wasallam tidak juga melakukan itu. Tetapi jika ‎melakukan itu yakni membuat tuhan berhala, jelas ‎mereka akan kafir. Seperti juga tidak ada perbedaan ‎pendapat antara ulama’ bahwa orang-orang yang ‎dilarang Rasulullah Shalallahu‘alaihi wasallam itu andaikan tidak mentaati ‎beliau Shalallahu‘alaihi wasallam dan mengambil Dzaatu Anwaath itu sesudah ‎mereka dilarang, niscaya mereka pun menjadi kafir." ‎Dengan demikian terjawablah. ‎
Akan tetapi kisah ini memberi pelajaran:
(a) ‎Bahwasanya seorang muslim, bahkan seorang ‘alim, ‎terkadang dapat terperosok ke dalam macam syirik ‎tanpa sepengetahuannya. Dengan demikian kisah ini ‎pun memberi pelajaran kepada kita agar belajar dan ‎berhati-hati serta mengerti bahwa ucapan seorang ‎bodoh, “kami sudah faham tauhid itu“, adalah ‎kebodohan yang terbesar dan termasuk makar (tipu ‎daya) syaithan yang terbesar,
(b) Kisah ini juga memberi ‎pelajaran, bahwa seorang muslim jika mengucapkan ‎perkataan kufur dan dia tidak tahu, lalu diingatkan ‎atas perbuatannya itu, kemudian seketika itu juga ‎bertaubat dari ucapan itu, maka ia tidak kafir, ‎sebagaimana yang sudah dilakukan kaum Bani Israil ‎dan sahabat yang meminta kepada nabi Shalallahu‘alaihi wasallam dalam kisah ‎di atas,
(c) Dan kisah itu juga memberi pelajaran, ‎bahwasanya jika dia tidak kafir maka dia harus ditegur ‎dengan perkataan yang keras kepadanya, seperti yang ‎dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu‘alaihim wasallam, kepada orang-orang lain ‎dari sahabat itu.‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar