Rabu, 17 November 2010

SEJARAH SINGKAT ABUL HASAN AL ASY”ARI

Nama lengkapnya adalah Ali bin Ismail bin Ishaq bin Salim bin Ismail bin Abdullah bin Musa al Asy’ari. Lebih akrab disebut Abul Hasan Al Asy’ari .

Lahir di Bashrah pada tahun 260 H atau 270 H. Masa kecil dan mudanya dihabiskan di kota Bashrah. Kota yang kala itu sebagai pusat kaum Mu’tazilah.

Dan tidak dapat dielakkan pada masa pertumbuhannya , beliau terpengaruh dengan lingkungannya . Beliau mendalami Ilmu Kalam dan pemikiran Mu’tazilah dari ayah tirinya yang bernama Abu Ali Al Jubai.

Namun kemudian beliau bertaubat dari pemikiran Mu’tazilah ini. Allah menghendaki keselamatan bagi beliau dan memperoleh petunjuk kepada Madzhab Salaf dalam penetapan sifat-sifat Allah dengan tanpa Ta’wil, tanpa Ta’thil tanpa Takyif dan tanpa Tamtsil [*]

Kisah taubatnya dari pemikiran Mu’tazilah ini sangat populer. Beliau melepas pakainya seraya berkata : “ Aku melepaskan keyakinan Mu’tazilah dari pemikiranku, seperti aku melepaskan jubah ini dari tubuhku.” .

Kemudian beliau melepas Jubah yang dikenakannya . Secara simbolis itu merupakan pernyataan bahwa beliau berlepas diri dari pemikiran Mu’tazilah dan dari kaum Mu’tazilah.

Ahli sejarah negeri Syam, Al Hafizh Abul Qoasim Ali bin Hasan bin Hibatillah bin Asakir Ad Dimasyq ( wafat tahun 571H ) dalam kitab At Tabyin menceritakan peristiwa tersebut :

Abu Ismail bin Abu Muhammad bin Ishaq Al Azdi Al Qairuwani , yang dikenal dengan sebutan Ibnu ‘Uzrah bercerita , Abul Hasan Al Asy’ari adalah seorang yang bermadzhab Mu’tazilah. Dan memegang Madzhab ini selama 40 tahun . Dalam pandangan mereka beliau adalah seorang Imam. Kemudian beliau menghilang selama lima belas hari . Secara tiba-tiba beliau muncul di masjid Jami’ kota Bashrah. Dan setelah shalat Jum’at, beliau naik keatas Mimbar seraya berkata : “ hadirin sekalian ,Aku menghilang dari kalian selama beberapa hari , karena ada dalil-dalil yang bertentangan dan sama kuatnya , namun akau tidak mampu menetapkan mana yang Hak dan mana yang Batil. Dan aku tidak mampu membedakan mana uang batil dan mana yang hak. Kemudian aku memohon petunjuk kepada Allah Tabaroka wa Ta’ala . Maka Dia memberiku petunjuk , dan aku tuangkan kedalam bukuku ini. Dan aku melepaskan semua Aqidah ( Keyakinan ) yang dulu aku pegang, sebagaimana aku membuka bajuku ini.” Kemudian beliau membuka bajunya dan membuangnya, lalu memberikan bukunya tersebut kepada para hadirin.



Sebagai bukti kesungguhan Abul Hasan Al Asy’ari melepaskan diri dari pemikiran Mu’tazilah yaitu beliau mulai bangkit membantah pemikiran Mu’tazilah dan mendebat mereka. Bahkan beliau menulis sampai tiga ratus buku untuk membantah Mu’tazilah. Namun dalam membantahnya , beliau menggunakan rasio dan prinsip –prinsip logika. Beliau mengikuti pemikiran-pemikiran Kullabiyyah.

ABUL HASAN AL ASY’ARI SECARA TOTAL MENJADI PENGIKUT MANHAJ SALAF

Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala menyempurnakan nikmatNya untuk beliau. Setelah pindah ke Baghdad dan bergabung bersama para tokoh murid-murid Imam Ahmad, akhirnya beliau secara total menjadi seorang Salafi ( pengikut Manhaj Salaf ) . Pada fase yang ketiga dalam kehidupannya ini beliau menulis beberapa risalah berisi pernyataan taubatnya dari seluruh pemikiran Mu’tazilah dan Syubhat-syubhat Kullabiyyah . [1]

Diatara beberapa buku yang ditulisnya, yaitu : Al Luma’, Kasyful Asrar Wa Hatkul Asrar, Tafsir Al Mukhtazin, Al Fushul Fi Raddi ‘Alal Mulhidiin Wa Kharijin “Alal Millah Ka Al Falasifah Wa Thabai’in Wad dahriyin Wa Ahli Tasybih , Al Maqalaat Al Islamiyyin dan Ibanah. Semoga Allah merahmati beliau.

PERNYATAAN ABUL HASAN AL ASY’ARI DALAM KITABNYA : AL IBANAH FI USHULID DIYANAH [2]

Beliau berkata dalam kitab Al Ibanah : “ Pendapat yang kami nyatakan , dan agama yang kami anut adalah berpegang teguh dengan Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya shallallahu alaihi wa sallam, atsar-atsar ( riwayat –riwayat ) yang diriwayatkan dari para sahabat , Tabi’in dan para Imam Ahli hadist. Kami berpegang teguh dengan prinsip tersebut.kami berpendapat dengan pendapat yang telah dinyatakan oleh Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hambal rohimahullah, semoga Allah Tabaroka wa Ta’a’ala mengelokkan wajah beliau , mengangkat derajat beliau dan melimpahkan pahala bagi beliau. Dan Kami menyelisihi perkataan yang menyelisihi perkataan beliau.Karena beliau adalah Imam yang fadhil ( utama ) pemimpin yang kamil ( sempurna) . Melalui dirinya Allah menerangkan kebenaran dan mengangkat kesesatan, menegaskan manhaj dan memberantas Bid’ah yang dilakukan oleh kaum mubtadi’in , dan memberantas penyimpangan yang dilakukan orang-orang sesat, serta memberantas keraguan yang ditebarkan orang yang ragu-ragu.[3]

Demikian pernyataan Abul Hasan , bahwa ia kembali ke pangkuan Manhaj Salaf.

ULAMA-ULAMA SYAFI’IYYAH MENOLAK DINISBATKAN KEPADA ASY’ARIYYAH

Kebanyakan orang mengira bahwa Madzhab Al Asy’ariyyah itu identik dengan Madzhab Ahlu Sunnah wal Jama’ah . Ini sebuah kekeliruan yang fatal . Abu Hasan sendiri telah kembali kepangkuan Manhaj Salaf dan mengikuti Aqidah Imam Ahmad bin Hambal rohimahullah. Yaitu menetapkan seluruh sifat-sifat yang telah Allah tetapkan untuk diri-Nya dan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam didalam hadist-hadist shahih, dengan tanpa Takwil, tanpa Ta’thil, tanpa Takyif, dan tanpa Tamtsil.

Jelas, Abul Hasan pada akhir hidupnya adalah seorang Salafi, pengikut manhaj Salaf dan Madzhab Imam Ahli Hadist. Sampai-sampai ulama-ulama Asy Syafi’iyyah menolak dinisbatkan kepada Madzhab Asy’ariyyah.

Berikut ini , mari kita simak penuturan Syaikh Abu Usamah Salim bin Id Al Hilali dalam kitabnya yang sangat bagus, dalam edisi Indonesia berjudul “ Jama’ah – Jama’ah Islam ditimbang menurut Al Qur’an dan As Sunnah ( halaman 329-330 ). Dalam bukunya tersebut beliau membantah Hizbut Tahrir yang mencampur adukkan istilah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah dengan istilah Al Asy’ariyyah , sekaligus menyatakan bila Asy’ariyyah bukan termasuk “ Ahlu Sunnah Wal Jama’ah atau bukan termasuk pengikut pengikut Manhaj Salaf.

Beliau berkata: Jika dikatakan : yang dimaksud Ahlus Sunnah di sini adalah madzhab Asy’ariyyah

Kami Jawab : Tidak boleh menamakan Asy’Ariyyah dengan sebutan Ahlu Sunnah . Berdasarkan persaksian ulama Ahlu Sunnah wal Jama’ah ( Pengikut Shalafush Shalih ) , mereka bukan Ahlu Sunnah.

1. Imam Ahmad , Ali bin Al madini dan lainnya menyatakan , barang siapa menyelami ilmu kalam, ( maka ia ) tidak termasuk Ahlu Sunnah , meskipun perkataanya bersesuaian dengan As Sunnah, hingga ia meninggalkan jidal ( perdebatan ) dan menerima nash0nash syar’iyyah [4].

Tidak syak lagi , sumber pengambilan dalil yang sangat utama dalam Madzhab Asy’ariyyah telah menegaskan hal itu. Mereka mendahulukan dalil aqli ( logika ) daripada dalil naqli ( wahyu ), apabila terjadi pertentangan antara keduanya.



Ketika Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah membantah mereka melalui bukunya yang berjudul Dar’u Ta’arudh Aql wan Naql , beliau membukanya dengan menyebutkan kaidah umum yang mereka pakai bilaman terjadi pertentangan antara dalil-dalil [5]

2 Ibnu Abdil Bar, dalam mensyarah ( menjelaskan ) perkataan Imam Malik, dia menukil perkataan Ahli Fiqh Madzhab maliki bernama Ibnu Khuwaiz mandad : “ Tidak diterima persaksian Ahli ahwa’ ( Ahli Bid’ah ) . “ Ia menjelaskan : “ yang dimaksud Ahli Ahwa’ oleh Imam Malik dan seluruh rekan-rekan kami , adalah ahli Kalam. Siapa saja yang termasuk ahli Kalam , maka ia tergolong ahli Ahwa wal Bida’ , baik ia seorang pengikut madzhab Asy’ariyyah atau yang lainnya. Persaksiannya dalam Islam tidak diterima selam-lamanya , wajib diboikot dan diberi peringatan atas bid’ahnya . Jika ia masih mempertahankannya , maka harus diminta bertaubat [6]

3 Abul Abbas Suraij yang dijuluki Asy Syafi’I kedua berkata : “ Kami tidak mengikuti takwil Mu’tazilah , Asy’ariyyah , Jahmiyah, Mulhid ,Mujassimah, Musyabbihah, Karramiyah, dan Mukayyifah [7]. Namun kami menerima nash-nash sifat tanpa takwil , dan kami mengimaninya tanpa Tamtsil [8]

4. Abul Hasan Al Karji , salah seorang tokoh ulam Asy Syafi’iyyah berkata : “ Para imam dan alaim ulama Syafi’iyyah , dari dulu sampai sekarang menolak dinisbatkan kepada Asy’ ariyyah . Mereka justeru berlepas diri dari Madzhab yang dibangun oleh Abul Hasan Al Asy’ari . Menurut yang aku dengar dari beberapa Syaikh dan Imam , bahkan mereka melarang teman-teman mereka dan orang-orang dekat mereka dari menghadiri majelis-majelisnya. Sudah dimaklumi bersama kerasnya sikap Syaikh [9] terhadap ahli Kalam , sampai-sampai memisahkan fiqh Asy Syafi’I dari prinsip-prinsip Al Asy’ari , dan diberi komentar oleh Abu Bakar Ar Radziqani . dan buku itu ada padaku. Sikap inilah yang diikuti oleh Abu Ishaq Asy Syirazi dalam dua kitabnya, yakni Al Luma’ dan At Tabshirah. Sampai-sampai kalaulah sekiranya perkataan Al Asy’ari bersesuaian dengan perkataan rekan-rekan kami ( Ulama Madzhab Syafi’I ) , beliau membedakannya .

Beliau berkata : “ Ini adalah pendapat sebagian rekan kami. Dan pendapat ini juga dipilih oleh Al Asy’ariyah .” Beliau tidak memasukkan mereka ke dalam golongan rekan-rekan Asy Syafi’I”. Mereka menolak disamakan dengan Al Asy’ariyyah . dan dalam masalah Fiqh mereka menolak dinisbatkan kepada Madzhab Al Asy’ariyyah; terlebih lagi dalam masalah ushuluddin “. [10]

Pendapat yang benar adalah Al Asy’ariyyah termasuk ahli Kiblat ( kaum Muslimin ) , tetapi mereka bukan Ahlus Sunnah wal Jama’ah . Ketika para tokoh dan pembesar Al Asy’ariyyah jatuh kedalam kebingungan , mereka keluar dari pemikiran Asy’ariyyah . Diantarannya adalah Al Juwaini, Ar Razi, Al Ghazzali dan lainnya . Jika mereka benar-benar berada diatas As Sunnah dan mengikuti Salaf , lalu dari Manhaj apakah mereka Keluar ?. dan kenapa mereka keluar?, Hendaklah orang yang bijak memahaminya , karena ini adalah kesimpulan akhir .

Dalam dauroh Syar’iyyah Fi masail Aqa’idiyyah wal Manhajiyyah di Surabaya , dua tahun yang lalu , Syaikh Salim ditanya : “ Apakah Al Asy’ariyyah termasuk Ahlu Sunnah wal Jama’ah ?, Beliau menjawab dengan tegas : “Al Asy’ariyyah tidak termasuk Ahlu Sunnah wal jama’ah “

Foot Note :

*] Ta’thil ( menolak atau meniadakan sifat Allah), Takyif ( membayangkan atau menanyakan hakikat dan bentuk sifat Allah ), Tamtsil ( Menyerupakan sifat Allah dengan sifat makhluk ) , Ta’wil ( Maksudnya Tahrif yaitu menyimpangkan makna dari Zhahirnya tanpa dalil )

1) Al Kullabiyyah adalah penisbatan kepada Abu Muhammad Abdullah bin Sa’id bin Muhammad bin Kullab al Bashri, wafat pada tahun 240 H

2) Buku ini telah saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia , diterbitkan oleh Pustaka At Tibyan . Dalam buku aslinya disertakan taqdim ( kata pengantar dari para ulama terkini , seperti Syaikh Hammad bin Muhammad Al Anshari , Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz dan Syaikh Ismail Al Anshari) . Buku ini sangat penting dibaca oleh kaum muslimin, khususnya di Indonesia dan Malaysia yang mayoritas penduduknya menisbatkan diri kepada Al Asy’ariyyah.

3) Al Ibanah, halaman 17.

4) Silakan Lihat Syarah Ushul I’tiqad Ahlus Sunnah Wal Jama’ah , karangan Al Laalikaai ( I/157-165 ).

5)Bagi yang ingin penjelasan lebih rinci , silakan lihat Kitab Asasut Taqdis, Karangan Ar Razi, Hal 168-173 dan Asy Syamil , karangan Al Juwaiini, hal. 561 dan Al Mawaqif, karangan , karangan Al Iji, hal. 39-40.

6) Jami’ Bayanil Ilmi wa fadhlihi ( II/96)

7) Ini semua adalah nam-nama aliran.

Ijtima’ Juyusy Islamiyyah, hal 62.

9) Yakni Syaikh Abu Hamid Al Isfaraini.

10) At Tis’iniyyah , hal 238-239

Sumber : Ditulis ulan dari Majalah As Sunnah Edisi 06/ Tahun VIII/1425H / 2004 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar